Minggu, 15 Februari 2015

Hati - Hati dengan Bid'ah,Kelihatannya Indah tapi Menyesatkan!





Bid'ah,permasalahan yang tidak pernah selesai dibahas.Insyaallah ini merupakan sunnatullah.Sebenarnya batas antara sunnah dan bid'ah itu sangatlah tipis.Orang yang sudah menanamkan dalam pikirannya bahwa tidak ada bid'ah hasanah alias semua bid ah adalah sesat,maka insyaallah walaupun pemikirannya diserang dengan berbagai macam hal ia akan tetap pada pendiriannya,Begitu juga sebaliknya,seseorang yang sudah menanamkan dalam pikirannya bahwa ada bid'ah hasanah alias tidak semua bid ah sesat dalam pekara syariat walaupun ia diserang dengan berbagai macam dalil maka insyaallah dia akan tetap pada pendiriannya,ini memang hal yang sulit untuk di rubah.

Jadi kesimpulannya,permasalahan sunnah dan bid'ah ini adalah masalah hidayah yang merupakan hak progesif Allah Ta'ala.Kita yang hanya seorang manusia tidak punya wewenang untuk memberi hidayah tanpa izin dan kehendak Allah Ta'ala.Jadi,buat apa kita ngotot hingga keluar otot membahas permasalahan sunnah wa bid'ah ini?Sampaikan saja apan yang anda ketahui,tidak usah terbawa nafsu ingin mengalahkan dan menyudutkan lawan,karena ini bukan ajang tinju..

Sampaikan dengan perkataan yang paling baik dan paling lembut sebisa yang kita lakukan (tapi harus tetap tegas)sehingga kita tetap bisa beramal ma'ruf dan nahi munkar tanpa merusak ukhuwah islamiyah.

Alhamdulillah,kali ini saya diberi  kesempatan oleh Allah Ta'ala untuk berbagi ilmu dan pengetahuan tentang sunnah wa bid'ah kepada saudara/i sekalian.Saya berbicara lewat tulisan ini di hadapan anda sekalian bukan karena mewakili manhaj atau kelompok tertentu.Saya bicara di hadapan anda lewat tulisan ini sebagai Umat Islam,sama seperti saudara.

Ini bukan persoalan siapa yang benar  dan siapa yang salah,tetapi kita disini berbagi ilmu dan petunjuk insyaallah,untuk mengetahui mana yang benar dan mana yang salah.Karena itu mari kita letakkan sifat ujub dan ghuluw dalam mencintai jama'ah sendiri,dan berfikir netral bahwa kita membahas persoalan ini dengan bismillah dan mengharap hidayah dari Allah.

Barakallah fiikum,

MENGAPA AMALAN ITU DIKATAKAN BID'AH?

"Masa baca Al-Qur'an bid'ah,masa dzikir bid'ah,masa shalawatan bid'ah"

Insyaallah inillah 'keluhan'dari para ahli bid ah hasanah ketika amalannya dikatakan bid'ah.

Alahkah baiknya jika sebelum kita masuk pada pembahasan inti,kita berikan pemahaman dasar agar tidak terjadi kesalahpahaman.Ini penting sekali,supaya kita saling mengerti dan paham,sehingga diskusi pun bisa berjalan dengan baik dan tidak berputar putar di situ situ saja.

Ciri yang membedakan amalan sunnah dengan amalan bid ah sangat nampak sekali yaitu Amalan itu tidak di tetapkan,diajarkan,dan di jalankan oleh Rasulullah dan sahabat beliau yang mulia.Jadi amalan bid ah itu tidak ada contohnya dari generasi awal islam alias murni kreasi sendiri.Tidak ada dalilnya dalam hadist shahih,dasar hukumnya hanya dari akal (qiyas).Niatnya baik,untuk beramal ma'ruf..tetapi mudharatnya banyak,selain merusak kemurnian ajaran islam juga menyebabkan perpecahan/pengelompokan antara umat islam yang satu dengan umat islam yang lain.

Berbeda dengan amalan sunnah,yang ada ketetapan dan perintahnya langsung dari Allah Dan Rasul-Nya,dalilnya pun jelas dan bisa di kaji dalam kitab-kitab fiqih karangan para imam dan alim ulama.

Selain itu amalan bid ah mempunyai pengkhususan,,semisal mengadakan tahlilan memperingati kematian almarhum.Ini ada pengkhusannya yaitu harus pada 7 hari,10 hari dst setelah kematian almarhumJadi yang bid ah nya itu bukan baca al-qur'annya,dzikirnya,atau shalawatannya,tetapi ketetapan khusus yang mengiringi amalan amalan tersebut.

Membaca Al-qur an,dzikir,berdoa,dan bershalawat memang disyariatkan,tetapi untuk penetapan khususnya seperti waktu,tata cara pelaksanaan,dan sebab pelaksanaannya itu membutuhkan dalil lagi.

Jika tidak ada nash dari Al-qur an dah hadist yang terang memerintahkan,maka jadilah amalan itu amalan yang diada adakan (bid'ah).Dan setiap bid'ah itu sesat,tanpa terkecuali sebagaimana yang telah di jelaskan dalam Al qur'an,Hadist,atsar sahabat Rasul,dan kitab para Imam.

Berikut dalil bahwa setiap bid ah sesat..

1)Dalil Dari AL-Qur'an

 “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu” (QS Al-Maaidah: [5] : 3)

Imam Malik bin Anas (93 –  179 H) berkata, “Barangsiapa yang mengadakan suatu bid’ah dalam Islam yang ia pandang hal itu baik (bid’ah hasanah), maka sungguh dia telah menuduh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhianati risalah agama ini. Karena sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah berfirman: “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan agama-mu untukmu…” [Al-Maa-idah:[3]

. (Imam Malik rahimahullah selanjutnya berkata), “Maka sesuatu yang pada hari itu bukanlah ajaran agama, maka hari ini pun sesuatu itu bukanlah ajaran agama” [Al-I’tisham (I/ 64-65) tahqiq: Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilaly cet. I, th. 1412 H, Daar Ibni Affan]

Sedang Ibnu Katsir ketika mentafsirkan (QS. al Maidah [5]:3) berkata, “Tidak ada sesuatu yang halal melainkan yang Allah halalkan, tidak ada sesuatu yang haram melainkan yang Allah haramkan dan tidak ada agama kecuali perkara yang disyariatkan-Nya.”

“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa. QS Al-An'am (6) : 153

Diriwayatkan dari Abul Hujjaj bin Jubair Al-Makky menafsirkan (dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain), beliau berkata yang dimaksud dengan  (jalan-jalan yang lain) adalah bid’ah dan syubuhat.

2)Dalil dari Hadist Shahih


“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan (bid’ah) dan setiap bid’ah adalah sesat.” (Shåhih, HR. Muslim no. 867)

“Setiap kesesatan tempatnya di neraka.” (HR. An Nasa’i )

’’Jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru (sebab) sesungguhnya perkara yang baru itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.’’(HR.Abu Daud dan Tirmidzi.)

"Benar-benar suatu kaum dari umatku akan ditolak dari telaga sebagaimana unta asing ditolak (dari kerumunan unta)”, maka aku berkata : “Ya Allah itu adalah umatku”, maka dikatakan : “Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka ada-adakan sepeninggalmu”. [Hadits riwayat Bukhari dan Muslim

 “Barangsiapa mengada-adakan suatu perkara yang baru (bid’ah) atau mendukung pelaku bid’ah maka akan mendapatkan laknat Allah, para malaikat dan manusia semuanya.” (HR. Bukhori dan Muslim)


“Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, tetap mendengar dan ta’at walaupun yang memimpin kalian adalah budak Habsyi. Karena barangsiapa yang hidup di antara kalian setelahku, maka dia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu, kalian wajib berpegang pada sunnahku dan sunnah Khulafa’ur Rosyidin yang mendapatkan petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian. Hati-hatilah dengan perkara yang diada-adakan karena setiap perkara yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Daud no. 4607 dan Tirmidzi no. 2676.)

‘’Barangsiapa yang melakukan amalan yang tidak ada padanya (dasarnya dalam) urusan (agama) kita, maka dia tertolak.’’(HR.Muslim).

 "Barangsiapa yang membuat (sesuatu yang baru) dalam urusan(agama) kita ini, yang bukan darinya (Al-Qur’an dan Hadits) maka dia adalah tertolak.’’(HR.Bukhari dan Muslim).

"Allah tidak akan menerima amalan pelaku (pembuat) bid'ah hingga ditinggalkan bid'ah tersebut". (Hadis Riwayat Ibn Majah )

"Tidak akan (dibiarkan) berlaku bid'ah pada satu kaum, kecuali akan dicabut (oleh Allah) satu sunnah dari mereka yang sepertinya. Maka berpegang kepada sunnah lebih baik dari melakukan (mencipta) satu bid'ah". (Hadis Riwayat Ahmad )

“Sesungguhnya agama (ini) akan terhimpun dan berkumpul menuju Hijaz layaknya terhimpun dan terkumpulnya ular menuju liangnya dan sungguh (demi Allah) agama (ini) akan ditahan (untuk pergi) dari Hijaz sebagaimana (ditahannya) panji (yang merupakan tempat kembali dimana kaum Muslim kembali padanya) dari puncak gunung. Sesungguhnya agama ini muncul pertama kali dalam keadaan asing dan akan kembali menjadi asing. Maka berbahagialah orang-orang yang terasing. Yaitu orang-orang yang memperbaiki sunnahku yang telah dirusak oleh manusia setelahku”. (HR. Abu Issa berkata, “Hadist ini Hasan)

Siapakan orang-orang terasing itu?Abdullah bin Amr r.a  menjelaskan bahwa beliau bertanya pada Rasulullah saw,dan Rasulullah saw bersabda,"Mereka adalah orang-orang yang shaleh,Mereka adalah sedikit dalam keramaian,lebih banyak yang ingkar kepada mereka daripada yang taat.(Musnad,I/398)

3) Dalil dari Sahabat Rasulullah

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,

"Setiap tahun ada saja orang yang membuat bid’ah dan mematikan sunnah, sehingga yang hidup adalah bid’ah dan sunnah pun mati.” (Diriwayatkan oleh Ath Thobroniy dalam Al Mu’jam Al Kabir no. 10610. Al Haytsamiy mengatakan dalam Majma’ Zawa’id bahwa para perowinya tsiqoh/terpercaya)

“Tetaplah kamu beristiqamah dan berpegang dengan atsar SERTA JAUHILAH BID’AH.” (Al I’tisham Asy Syatibi 1/112)


Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,

“Ikutilah (petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, pen), janganlah membuat bid’ah. Karena (sunnah) itu sudah cukup bagi kalian. Semua bid’ah adalah sesat.” (Diriwayatkan oleh Ath Thobroniy dalam Al Mu’jam Al Kabir no. 8770. Al Haytsamiy mengatakan dalam Majma’ Zawa’id bahwa para perowinya adalah perawi yang dipakai dalam kitab shohih)

“Berpeganglah kamu dengan ilmu (As Sunnah) sebelum diangkat dan berhati-hatilah kamu dari mengada-ngadakan yang baru (bid'ah) dan melampaui batas dalam berbicara dan membahas suatu perkara,hendaknya kalian teteap berpegang dengan contoh yang telah lalu.” (Sunan Ad Darimy 1/66 nomor 143, Al Ibanah Ibnu)

“Sederhana dalam as-sunnah lebih baik daripada bersungguh-sungguh di dalam bid'ah” (Ibnu Nashr 30, Al Lalikai 1/88 nomor 114, dan Al Ibanah 1/320 nomor 161)

Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhumaa berkata
“Setiap bid’ah adalah sesat, walaupun manusia menganggapnya baik.” (Lihat Al Ibanah Al Kubro li Ibni Baththoh, 1/219, Asy Syamilah)

Umar Bin Abdul Aziz berkata,"

"Jika kamu mengucapkan bahwa ada suatu perkara yang terjadi sesudah mereka,maka ketahuilah tidak ada yang mengada-ngadakan sesuatu (bid'ah) sesudah mereka (para sahabat) melainkan orang orang yang mengikuti sunnah yang bukan sunnah mereka (sahabat) dan menganggap dirinya tidak membutuhkan mereka . Padahal para shahabat itu adalah pendahulu bagi mereka. Mereka telah berbicara mengenai agama ini dengan apa yang mencukupi dan mereka telah jelaskan segala sesuatunya dengan penjelasan yang menyembuhkan, …(Asy Syari’ah Al Ajurri 212)
 Mu’adz bin Jabal radhiallahu ‘anhu berkata:

“Maka waspadalah kalian dari sesuatu yang diada-adakan, karena sesungguhnya apa-apa yang diada-adakan adalah kesesatan”. (Riwayat Abu Daud no. 4611)


Abu Musa Al As’ari Radhiyallahu 'anhu memasuki masjid Kufah, lalu didapatinya di masjid tersebut terdapat sejumlah orang membentuk halaqah-halaqah (duduk berkeliling). Pada setiap halaqah terdapat seorang Syaikh, dan didepan mereka ada tumpukan kerikil, lalu Syaikh tersebut menyuruh mereka (yang duduk di halaqah) : “Bertasbihlah (ucapkan subhanallah) seratus kali!”, lalu mereka pun bertasbih (menghitung) dengan kerikil tersebut. Lalu Syaikh itu berkata kepada mereka lagi : “Bertahmidlah (ucapkan alhamdulillah) seratus kali!” dan demikianlah seterusnya ……

Maka Abu Musa Radhiyallahu 'anhu mengingkari hal itu dalam hatinya dan ia tidak mengingkari dengan lisannya. Hanya saja ia bersegera pergi dengan berlari kecil menuju rumah Abdullah bin Mas’ud, lalu iapun mengucapkan salam kepada Abdullah bin Mas’ud, dan Abdullah bin mas’ud pun membalas salamnya. Berkatalah Abu Musa kepada Abu Mas’ud : “Wahai Abu Abdurrahman, sungguh baru saja saya memasuki masjid, lalu aku melihat sesuatu yang aku mengingkarinya, demi Allah tidaklah saya melihat melainkan kebaikan. Lalu Abu Musa menceritakan keadaan halaqah dzikir tersebut.

Maka berkatalah Abu Mas’ud kepada Abu Musa : “Apakah engkau memerintahkan mereka untuk menghitung kejelekan-kejelekan mereka? Dan engkau memberi jaminan mereka bahwa kebaikan-kebaikan mereka tidak akan hilang sedikitpun?!” Abu Musa pun menjawab : “ Aku tidak memerintahkan suatu apapun kepada mereka”. Berkatalah Abu Mas’ud : “Mari kita pergi menuju mereka”.

Lalu Abu Mas’ud mengucapkan salam kepada mereka. Dan mereka membalas salamnya. Berkatalah Ibnu Mas’ud :“Perbuatan apa yang aku lihat kalian melakukannya ini wahai Umat Muhammad?” mereka menjawab : “Wahai Abu Abdurrahman, ini adalah kerikil yang digunakan untuk menghitung tasbih, tahmid, dan tahlil, dan takbir”. Maka berkatalah Abu Mas’ud : “Alangkah cepatnya kalian binasa wahai Umat Muhammad, (padahal) para sahabat masih banyak yang hidup, dan ini pakaiannya belum rusak sama sekali, dan ini bejananya belum pecah, ataukah kalian ingin berada diatas agama yang lebih mendapat petunjuk dari agama Muhammad ? ataukah kalian telah membuka pintu kesesatan? Mereka pun menjawab : “Wahai Abu Abdurrahman, demi Allah tidaklah kami menginginkan melainkan kebaikan”. Abu Mas’ud pun berkata :

"Berapa banyak orang yang menginginkan kebaikan tidak mendapatkannya”.

Berkata Amru bin Salamah : “Sungguh aku telah melihat umumnya mereka yang mengadakan majelis dzikir itu memerangi kita pada hari perang “An Nahrawan” bersama kaum Khawarij”. (Riwayat Darimi dengan sanad shahih)

Aku (Syaikh Musa Nasr) berkata : “Firasat Ibnu Mas’ud terhadap mereka (yaitu ahli bid’ah yang mengadakan halaqah dzikir) benar, dimana ahli bid’ah itu bergabung bersama kaum khawarij disebabkan “terus menerusnya” mereka dalam kebid’ahan. Dan inilah akhir kesudahan seseorang yang “terus menerus” dalam kebid’ahannya, serta menyelisihi para sahabat nabi.

4)Dalil dari Perkataan Para Imam


Yahya bin Al Yaman berkata :

“Saya mendengar Sufyan Ats Tsauri rahimahullah berkata : "Bid'ah itu lebih di cintai Iblis daripada maksiat, karena pelaku maksiat masih diharapkan taubatnya sedangkan pelaku bid’ah tidak diharapkan taubatnya.” (Lihat Syarah Ushul halaman 132)

Imam Malik (Grunya Imam Syafi’i) rahimahullah berkata :

"Barangsiapa yang mengada-ngadakan  dalam islam suatu ke bid'ah an dan menganggapnya baik,berarti dia telah menuduh Rasulullah berkhianat dalam menyampaikan risalah. Karena Allah telah berfirman : “Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian.”Maka apa yang waktu itu  (Pada masa Rasulullah dan Sahabat) bukan bagian dari agama,maka pada hari ini pun bukan bagian dari agama.” (Lihat Al I’tisham oleh Imam Syathibi halaman 37)"


Imam Syafi’i berkata :

"Barangsiapa yang ber-istihsan  (menganggap baik sebuah perbuatan yang tidak ada dasarnya dalam AL Qur’an dan Sunnah) maka sungguh dia telah (menandingi Allah dalam) membuat Syariat."

"Aku berwasiat kepadamu dengan Takwa kepada Allah,konsisten dengan sunnah dan atsar dari Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya.Tinggalkan bid'ah (dalam agama) dan hawa nafsu . Bertaqwalah kepada Allah sejauh yang engkau mampu. Al-Amru bil Ittiba’, As-Suyuthi, hal. 152-154)."

“Seseorang yang meninggal dunia dengan membawa segala jenis dosa selain syirik, itu lebih ringan daripada ia meninggal dengan membawa satu kebid’ahan.”

Imam Ahmad rahimahullah berkata dalam kitab beliau Ushulus Sunnah:

“Pokok sunnah di sisi kami adalah berpegang teguh dengan apa-apa yang para shahabat Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam berada di atasnya, meneladani mereka serta meninggalkan bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan”.

Sahl bin ‘Abdillah At-Tasturi rahimahullah berkata:

“Tidaklah seseorang memunculkan suatu ilmu (yang baru) sedikitpun kecuali dia akan ditanya tentangnya pada hari Kiamat ; bila ilmunya sesuai dengan sunnah maka dia akan selamat dan bila tidak maka tidak”. (Lihat Fathul Bari: 13/290)


Abu Utsman An-Naisaburi rahimahullah berkata:

“Barang siapa yang menguasakan sunnah atas dirinya baik dalam perkataan maupun perbuatan maka dia akan berbicara dengan hikmah, dan barang siapa yang menguasakan hawa nafsu atas dirinya baik dalam perkataan maupun perbuatan maka dia akan berbicara dengan bid’ah”. (Riwayat Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah : 10/244)

Seperti yang telah kita lihat bahwa banyak sekali dalil dalil yang mengatakan semua bid ah sesat.Dan dalil dalil tersebut maknanya sudah jelas sehingga tidak perlu seseorang menafsirkannya hingga keluar dari konteks aslinya,kecuali jika orang itu ahlul bid'ah yang sedang mencari pembenaran untuk hujjah mereka.Maka "wajar" jika mereka memberikan banyak penafsiran.

Barakallahu fiikum,

Wallahu A'lam bish Shawab..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar